Kamis, 03 September 2015

Calon taruna-taruni memasuki kampus STP
Beberapa hari setelah pelaksanaan wisuda taruna-taruni Angkatan 47, kini tiba saatnya Sekolah Tinggi Perikanan menerima calon taruna-taruni Sekolah Tinggi Perikana (STP) tahun akademik 2015/2016 Angkatan 51. Jumlah calon taruna-taruni STP tahun ini yang diterima sebanyak 417 program diploma-IV yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia dengan rincian : (1) Program studi teknologi Penangkapan Ikan 47 orang; (2) Program studi Teknologi Mesin Perikanan 42 orang; (3) Program studi Teknlogi Pengolahan Hasil Perikanan  63 orang; (4) Teknolgi Akuakultur 83 orang; (5) Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan 46 orang dan (6) Penyuluhan Perikanan 136 orang.


Suasana registrasi masuk asrama

Calon taruna-taruni STP asal Sul-Sel

Calon taruna-taruni memasuki asrama

 Calon taruna-taruni yang terpilih dan dinyatakan lolos tahun ini telah melewati berbagai tahapan test, meliputi test akademik, test kesehatan, tes fisik, psikotest dan wawancara sehingga yang dinyatakan lulus betul-betul memenuhi persyaratan dan berkompeten. Penerimaan taruna baru ini juga dibuka melalui melalui beberapa jalur meliputi: (1) Jalur Khusus : pelaku utama dan anak pelaku utama perikanan; (2) Jalur Umum; dan (3) Jalur Berprestasi. 
Calon taruna-taruni yang dinyatakan lulus, melakukan pendaftaran ulang dan memasuki asrama kampus STP pada hari ini Selasa, 1 September 2015. Hari ini merupakan hari dimana calon taruna-taruni akan berpisah dengan keluarga mereka dan siap menempah ilmu pendidikan kelautan dan perikanan selama 4 tahun di kampus STP baik yang ada di Jakarta, Bogor, Serang, Karawang dan Wakatobi. Sehingga pada akhirnya, mereka akan menjadi kader pembangunan kelautan dan perikanan nasional dengan mendapatkan gelar Sarjana Terapan Perikana (S.Tr.Pi)


Pembukaan MOSTAR


Pembukaan MOSTAR oleh Ketua STP


Jumat, 29 Mei 2015

STP Tuan Rumah Olimpiade Perguruan Tinggi Kedinasan (OPTK) ke-8 Tahun 2015

Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), di bawah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, menjadi tuan rumah Olimpiade Perguruan Tinggi Kedinasan (OPTK) VIII yang 22-24 Mei 2015. Diikuti 17 PTK se-Indonesia, dengan jumlah atlet sebanyak 1.532 orang dan 20 cabang olah raga yang dipertandingkan.
OPTK, salah satu program kerja rutin Forum Komunikasi Mahasiswa Kedinasan (FMKI) yang bergerak di bidang olah raga dan akademik. Kegiatan ini dilakukan secara berkala sejak tahun 2008.
Ketua STP, I Nyoman Soeyasa, secara resmi membuka OPTK bertema ‘Show your strenght with high sportivity and get the best one’, di STP Kampus Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (22/5).
“Untuk menjadi tuan rumah event ini tidaklah mudah, namun STP mendapat kepercayaan setelah pada OPTK sebelumnya berhasil menjadi juara umum dengan menyisihkan 16 perguruan tinggi kedinasan lainnya. STP sudah tiga kali mengikuti event ini dan menjadi juara umum pada tahun lalu,” ujar Nyoman.
Tema itu diangkat agar para taruna/praja/mahasiswa dapat menunjukkan kekuatannya di bidang olahraga dan akademik dengan cara yang sportif dan elegan untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan.
“Tema tersebut sesuai dengan karakter para taruna selama mengikuti pendidikannya di sekolah kedinasan, termasuk para taruna STP yang dituntut untuk berjiwa sportif dalam segala aktivitas yang dikerjakannya,” tambahnya.
Nyoman berharap, penyelenggaraan OPTK ini dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Dengan begitu, tujuan yang diharapkan pun tercapai. Yaitu dapat menjalin dan mempererat tali silaturahmi antar perguruan tinggi kedinasan di Indonesia.
Selain itu, mengembangkan potensi taruna/praja/mahasiswa perguruan tinggi kedinasan, terutama dalam bidang olahraga, seni dan akademik, menumbuhkan jiwa sportivitas para taruna/praja/mahasiswa sebagai bekal saat terjun di masyarakat, serta meningkatkan eksistensi perguruan tinggi kedinasan di kalangan masyarakat. (tety)
*) Sumber : http://possore.com/2015/05/22/stp-kkp-tuan-rumah-olimpiade-perguruan-tinggi-kedinasan/ 




Selasa, 17 Maret 2015

Aksi Penyuluhan Taruna Melalui Teaching Factory (TEFA)

Penyuluhan Perikanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Berkaitan dengan tujuan penyuluhan di atas maka seorang penyuluh harus mempunyai kemampuan dalam penumbuhan dan pengembangan kelompok pelaku usaha perikanan, hal ini erat kaitannya dalam mendorong suatu kelompok agar dapat mandiri sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh taruna-taruni Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jurusan Penyuluhan Perikanan untuk membantu tercapainya tujuan penyuluhan adalah melalui kegiatan Teaching Factory (TEFA) Penyuluhan Perikanan di Wilayah Perikanan Kabupaten Bekasi. Tujuan diselenggaraknnya TEFA ini adalah : (1) Sosialisasi dan Implementasi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Penumbuh kembangan kelompok Pelaku Utama Perikanan; (2) Tersusunnya sebanyak 75 Profik Kelompok Perikanan yang ada di Kabupaten Bekasi dan (3) Meningkat  Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Taruna  dalam penumbuh kembnagan kelompok perikanan.
Kegiatan TEFA dilaksanakan selama 15 hari dari tanggal 17 – 31 Maret 2015 dimana taruna-taruni STP Jurusan Penyuluhan Perikanan semester IV sejumlah 75 orang disebar di seluruh wilayah perikanan di Kabupaten Bekasi yaitu 12 kecamatan meliputi Kecamatan Muaragembong, Kecamatan Pebayuran, Kecamatan Babelan, Kecamatan Cikarang Pusat, Kecamatan Cibitung, Kecamatan Tambun Selatan, Kecamatan Sukatani, Kecamatan Karangbahagia, Kecamatan Serang Baru, Kecamatan Cikarang Barat, Kecamatan Cikarang Timur dan Kecamatan Cabangbungin.

Pada hari ini, Selasa 17 Maret 2015 dilakukan acara pelepasan taruna-taruni STP Jurusan Penyuluhan Perikanan semester IV sejumlah 75 oleh Ketua STP, Ketua Jurusan Penyuluhan Perikanan dan Dosen STP kepada Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bekasi beserta seluruh jajarannya dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan (BP4KP) Kabupaten Bekasi. Pelepasan taruna-taruni STP dilaksanakan di ruang pertemuan guest house Pemkab Bekasi yang dihadiri oleh civitas akademika STP, Jajaran Dinas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bekasi dan BP4KP Kaupaten Bekasi.



Pada acara pelepasan ini, Ketau STP Dr. Ir. I Nyoman Suyasa, MS menyampaikan ucapan terima kasih dan aprersiasi kepada Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan dan BP4KP Kabupaten Bekasi yang siap membantu dan mendukung pelaksanaan TEFA ini di Kabupaten Bekasi. Dalam arahannya juga, Dr. Ir. I Nyoman Suyasa, MS berpesan kepada taruna-taruni agar dapat menjadi angin segar bagi pengembangan kelompok pelaku utama perikanan di Kabupaten Bekasi dan dapat berbaur dengan mayarakat perikanan sesuai dengan norma dan aturan yang ada. Selain itu Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Ir.H.  Wahyudin Asmar menyampaikan dalam arahannya siap mendukung proses penyelenggaraan TEFA ini dan berharap agar kegiatan seperti ini dapat membantu dinas dalam mengembangkan kelompok pelaku utama perikanan yang ada di Kabupaten Bekasi.


Rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan oleh taruna-taruni pada TEFA ini meliputi; (1) Identifikasi keberadaan kelompok, (2) Mengolah data hasil identifikasi, (3) Merencanakan kegiatan Pembinaan, (4) Melakukan Kegiatan Pembinaan (sesuai hasil identifikasi profil kelompok yang harus dilengkapi oleh taruna seperti Menyusun Profil Kelompok Binaan, melakukan penialaian/pengukuran kelas kelompok sesuai pedoman, Melakukan pengukuhan kelas kelompok), (5) Melakukan Seminar hasil Pembinaan di Tingkat Kecamatan dan (6) Presentasi Hasil Pembinaan Kelompok Tingkat Kabupaten. Dengan demikian Output Kegiatan TEFA berupa Laporan Profil kelompok sesuai borang dan diserahkan pada Dinas Peretnakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bekasi, BP4KP Kabupaten Bekasi, Dosen Pembimbing dan Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Mu'Adz)

Sabtu, 14 Februari 2015

Kunjungan Kerja Kepala BPSDMKP Ke Kampus Penyuluhan STP Cikaret Bogor


Bekerja merupakan kewajiban setiap manusia sebagai upaya mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini berlaku umum bagi siapa pun, termasuk seluruh pegawai Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jurusan Penyuluhan Perikanan. Dalam rangka mendulang semangat kerja transformasional dan penumbuhan jiwa korsa dalam peningkatan performa pegawai lingkup STP Jurusan Penyuluhan Perikanan, kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP) melakukan kunjungan kerja sekaligus memberikan pencerahan ke kampus STP Cikaret Bogor, Rabu 11 Februari 2015.  


Dalam paparannya, Kepala BPSDM KP menyampaikan, saat ini main stream Kemeterian Kelautan dan Perikanan (KKP) fokus pada penanganan illegal fishing yang menjadi sorotan media massa sejak ibu Susi Pudjiastuti dilantik menjadi Menteri. Oleh karena itu, diharapkan kepada seluruh civitas akademika STP Jurusan Penyuluhan Perikanan meningkatkan dan mempbaharui pengetahuan serta kompetensi tidak hanya dibidang perikanan budidaya, namun juga masalah penangkapan ikan.

Dewasa ini, program kerja BPSDMKP lebih berfokus pada bidang perikanan budidaya, namun pada hakikatnya program kerja BPSDMKP mencakup seluruh aspek kelautan dan perikanan yang meliputi: Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya, Pengolahan Produk, Pemasaran, Keuangan/ Bisnis, Pengawasan illegal fishing, Konservasi Perairan, Perubahan Lingkungan dan Bencana Alam. Harapannya, seluruh pegawai dilingkup BPSDMKP kedepannya harus meningkatkan dan memperbaharui pengetahuan serta kompetensi sesuai dengan program kerja BPSDMKP.

Untuk mendorong program kerja tersebut, BPSDMKP melalui STP sebagai wadah untuk mencatak sumerdaya manusia perikanan yang handal dan berkompeten sesuai dengan Undang-Undang (UU) No. 23 Tahun 2014 diharapkan mampu melaksanakan proses pendidikan sesuai pembagian urusan antara pemerintah pusat dan daerah. Kedepannya untuk memperkuat SDM kelautan dan perikanan, akan dibangun 10 Politeknik Kelautan dan Perikanan di seluruh Indonesia yang bertaraf internasional. Salah satunya adalah perubahan statute kelembagaan STP Jurusan Penyuluhan Perikanan akan menjadi Politeknik Kelautan dan Perikanan Cikaret Bogor sebagai centre of exelence bidang Penyuluhan Perikanan dan Informasi Teknologi.



STP Jurusan Penyuluhan Perikanan diharapkan mampu mempersiapkan seluruh perangkat utama dan pendukung untuk perubahan statuta menjadi Politeknik Kelautan dan Perikanan berskala internasional. Diharapkan seluruh civitas akademika mampu meningkatkan kinerjanya dengan terus berkarya demi kemajuan dan terwujudnya kampus Cikaret sebagai pencetak tenaga penyuluh perikanan yang tangguh, cakap, handal dan menguasai ilmu penetahuan dan teknologi terbaru serta menjaga kerapihan dan kebersihan kampus, sehingga mampu menjadi kampus percontohan lingkup Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan. Pada kesempatan ini pula, Kepala BPSDM KP memberikan motivasi kerja kepada seluruh pegawai STP Jurusan Penyuluhan Perikanan dengan menerapkan prinsip AIDA yaitu Awareness (kesadaran), Interaction (saling berinteraksi), Dialog (saling berkomunikasi) dan Action (melakukan). 

Rabu, 28 Januari 2015

PORNITAR 2015 : Membangun Kebersamaan Civitas Akademika

Salah satu kegiatan yang akan dilaksanakan di Sekolah Tinggi Perikanan Kampus Cikaret-Bogor dalam rangka mengisi waktu luang kegiatan pembelajaran sebelum pengumuman hasil kegiatan belajar taruna Pekan Olahraga dan Seni Taruna (PORNITAR). PORNITAR merupakan kegiatan rutin taruna/i Sekolah Tinggi Perikanan Kampus Cikaret-Bogor yang diadakan setiap tahun. Pelaksanaan kegiatan PORNITAR meliputi perlombaan di bidang pendidikan, olahraga, seni, dan kerohanian untuk mengasah bakat, keterampilan dan kreativitas taruna-taruni.




Sasaran dari kegiatan pornitar adalah Taruna/i Sekolah Tinggi Perikanan yang berada di Kampus Bogor pada khususnya dan Sivitas Akademika STP di Kampus Bogor pada umumnya. Kegiatan pornitar 2015 mengambil tema “Warna Baru STP" (Wadah Taruna Belajar Aktif, Kreatif dan Ulet).












Kegiatan Pornitar dilaksanakan secara lancar dan baik selama seminggu. PONITAR dibuka pada Selasa, 20 Januari 2015 dan ditutup dengan Pentas Seni pada 26 Januari 201. Perlombaan dan pertandingan yang dilaksanakan antara lain bidang olahraga berjumlah 9 cabang, kesenian 6 cabang,  pendidikan 4 cabang, lomba ketangkasan 4 cabang, kerohanian 13 cabang dan terakhir adalah penilaian kontingen terbaik. 






PONITAR tahun 2015 ini yaitu diharapkan mampu mempererat hubungan kekeluargaan serta menjalin kebersamaan antara dosen/ pegawai/ karyawan dan taruna taruni Sekolah Tinggi Perikanan. Selain itu juga menjalin hubungan kekeluargaan serta silaturahmi antar alumni dengan taruna/i Sekolah Tinggi Perikanan; meningkatkan potensi akademik maupun non-akademik taruna/i Sekolah Tinggi Perikanan; mengapresiasikan bakat olahraga, seni, dan intelektual para taruna/i STP Kampus Cikaret-Bogor; serta meningkatkan semangat berolahraga, pendidikan dan seni. (Rizka-Red)




Rabu, 21 Januari 2015

STP Menuju Pentas Dunia

      
     Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Pasar Minggu, Jakarta Selatan didorong menjadi Universitas kelas Dunia dan mulai diperkenalkan sebagai Jakarta Fisheries University. Sekolah tinggi dibawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tersebut menampilkan wajah barunya saat peresmian Indonesia - Amerika Networ (IA Net) "Indonesia-Amerika Partnership on marine and Fisheries Vocational Education" oleh Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Duta Besar AS di Indonesia, Robert Blake, serta H.E. Mr. Cesar Esteban Grillon, Duta Besar Paraguay di Indonesia, Selasa (20/1).


     Selain itu, dilakukan juga konferensi jarak jauh dengan para Guru Besar di Mississippi State University-AS, yang merupakan salah satu mitra STP. Pada sesi kuliah kuliah umum yang juga di relay ke Akademi Perikanan di Sidoarjo, Akademi Perikanan di Bitung, Akademi Perikanan di Sorong dan SUPM Kota Agung di Lampung. Para Taruna-Taruni STP dapat mengikuti materi kuliah yang disampaikan para Pemakalah tentang progress kebijakan Pembangunan Kemaritiman Indonesia. Selain itu, peran Amerika Serikat dalam mendukung Pembangunan Kemaritiman Indonesia menuju Poros Maritim Dunia.


     ”Kehadiran para Taruna-Taruni yang datang dari seluruh pelosok tanah air, yang terdiri dari berbagai suku bangsa, merupakan aset yang luar biasa. Hal itu dalam rangka menyiapkan pimpinan pimpinan bangsa menyongsong 100 Tahun Indonesia merdeka, karena para taruna-taruni inilah yang akan memimpin berbagai sektor kemaritiman kita di tahun 2045 yad,’’ kata Indroyono.

     Pada moment tersebut diresmikan pula ruang Indonesia – Amerika di Kampus Sekolah Tinggi Perikanan, Pasar Minggu, Jakarta. STP sudah menjalin kerjasama dengan University of California-San Diego, AS, University of Washington-AS, Oregon State University-AS, Mississippi State University-AS, Pukyong National University-Korea, Bremen University-Jerman dan University of Tasmania-Australia. Dalam waktu dekat akan dijalin pula kerjasama dengan University Denmark.


     Dalam Program Internasionalnya, Kapal Riset/Latih STP, Madidihang-03 akan dilibatkan dalam Pelayaran International Indian Ocean Expedition-2015. Disamping itu, para Taruna-Taruni STP akan mengikuti pelayaran muhibah internasional menuju World Expo-Milan 2015, di Italia dengan Kapal Perang TNI-AL, bersama para kadet Akademi Angkatan Laut dan Taruna Sekolah Tinggi Pelayaran, Juni 2015  mendatang.

Sumber: http://www.indopos.co.id/2015/01/stp-perikanan-menuju-pentas-dunia.html#sthash.MI5xL7CK.dpuf

http://kkp.go.id/

Rabu, 14 Januari 2015

GENERALE LECTURE BY AMBASSADOR OF PARAGUAY at JAKARTA FISHERIES UNIVERSITY (JFU)


          Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, merupakan salah satu negara yang memiliki Sumber Kekayaan Alam (SKA) laut yang sangat potensial untuk dapat diberdayakan dan dapat digunakan sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional. Secara geografis, letak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada posisi strategis dengan posisi silang di antara dua benua, Benua Australia dan Benua Asia serta berada diantara dua samudera, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Keunggulan komparatif dalam posisi ini antara lain; land and marine bidoversities, international sea leanes, unclos implementation, dynamic oceanography & climate change, geotectonic position yang juga memberikan karunia dengan banyaknya sumber mineral serta basin-basin minyak dan gas maupun mineral. Berdasarkan sifat sumber kekayaan alam dapat dibagi menjadi potensi sumber daya terbarukan (Renewable Resources) dan potensi sumber daya tidak pulih atau tidak terbarukan (Non Renewable Resources).           
           Dalam rangka penyebarluasan informasi mengenai pengelolaan sumberdaya laut yang telah dilakukan dibeberapa negara maju di dunia, Sekolah Tinggi Perikanan (STP) bekerjasama dengan Kedutaan Besar Paraguay menyelenggarakan General Lecture / Kuliah umum dengan topic “Maritime Renewable Energy And The Indonesian Potential” disampaikan langsung oleh H.E. Mr. Cesar Esteban Grillon yang menjabat sebagai Duta Besar Paraguay. Kuliah umum diselenggarakan di Auditorium STP Jakarta (14/1) diikuti oleh seluruh civitas akademika STP terdiri dari perwakilan taruna-taruni, dosen dan staff pegawai dari kampus Jakarta, Serang dan Bogor.           
          Pada kuliah umum tersebut, Mr. Cesar menyampaikan bahwa Paraguay merupakan salah satu negara pengekspor energy terbesar dengan memanfaatkan potensi sumber daya kelautan terbarukan. Mr. Cesar menambahkan bahwa Negara Indonesia seharusnya mampu menjadi negara pengahsil energi berbasis sumberdaya laut, mengingat begitu besar potensi SKA laut yang dimiliki oleh bangsa ini. Oleh karena itu, melalui kegiatan kuliah umum ini Mr. Cesar mulai melakukan sosialisasi terkait Maritime Renewable Energy ini dikalangan mahasiswa diberbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia, mengingat bahwa mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang harus melakukan perubahan di negara tercinta ini.           
             Berdasarkan data dan informasi yang telah diperoleh, Mr. Cesar menyampaikan ada beberapa peralatan yang telah diterapkan oleh beberapa negara majudi dunia seperti Australia, Brazil dan Paraguay yang dapat menghasilkan sumber tenaga energi khususnya listrik yang bekerja dengan memanfaatkan lautan seperti: 1) Pallet, merupakan alat yang memanfaatkan gelombong lautan dengan cara pemompaan yang mampu menghasilkan 100 mega watt listrik; 2) Tidal Energy, merupaka alat yang memanfaatkan tenaga air yang mengubah energi pasang surut menjadi energi listrik. Alat ini bekerja di dasar lautan dengan kedalaman kurang lebih 30 meter agar tidak mengganggu aktifitas lalu lintas kapal dan tidak merusak kehidupan bawah laut; dan 3) Kipas Turbin, alat ini juga mampu menghasilkan eneri listrik dengan memanfaatkan gelombang laut namun ukurannya lebih besar dari alat lainnya yang diletakkan di dasar laut.           
          Ketiga alat tersebut merupakan alat yang disarankan oleh Mr. Cesar untuk menghasilkan energi di Indonesia dengan memanfaatkan lautan dengan melalui proses pengkajian lebih lanjut oleh para ahli yang dimiliki oleh bangsa ini. Selain itu, perlu juga dikaji terhadap berbagai dari berbagai aspek seperti karakteristik wilayah lautan Indonesia dan aspek sosial ekonomi. Acara kuliah umum diakhiri dengan sesi tanya jawab dan pemberian marchendise oleh duta besar Paraguay kepada peserta kuliah umum. (Husnul-Red)

Picture: 





Selasa, 13 Januari 2015

Ketika Mulai “Ngaji”: Terlalu Semangat, Keras dan Kebablasan


Kami sempat melakukanya di awal-awal kami mengenal dakhwah ahlus sunnah wal jama’ah karena kebodohan kami akan ilmu. Kemudian kami ingin membagainya supaya ikhwan-akhwat bisa mengambil pelajaran dan mengingatkan mereka yang telah lama mengenal anugrah dakwah ahlus sunnah khususnya  kami pribadi. Beberapa hal tersebut ada sepuluh berdasar pengalaman kami:

  1. Merasa lebih tinggi derajat dan akan terbebas dari dosa karena sudah merasa mengenal Islam yang benar.
  2. Terlalu semangat menuntut ilmu agama sampai lupa kewajiban yang lain.
  3. Kaku dalam menerapkan ilmu agama padahal Islam adalah agama yang mudah.
  4. Keras dan kaku dalam berdakwah.
  5. Suka berdebat dan mau menang sendiri bahkan menggunakan kata-kata yang kasar.
  6. Menganggap orang di luar dakwah ahlus sunnah sebagai saingan bahkan musuh.
  7. Berlebihan membicarakan kelompok tertentu dan ustadz/ tokoh agama tertentu.
  8. Tidak serius belajar bahasa arab.
  9. Tidak segera mencari lingkungan dan teman yang baik.
  10. Hilang dari pengajian dan kumpulan orang-orang yang shalih serta tenggelam dengan kesibukan dunia.
Kemudian kami coba jabarkan satu-persatu.
1.       Merasa lebih tinggi derajat dan akan terbebas dari dosa karena sudah merasa mengenal Islam yang benar
Ketika awal-awal mengenal dakwah ahlus sunnah bisa jadi ada rasa bangga dan sombong bahwa ia telah mendapat hidayah dan merasa ia sudah selamat dunia-akherat. Padahal ini baru saja fase yaqzhoh [bangun dari tidur], awal mengangkat jangkar kapal, baru akan mulai mengarungi ilmu, amal, dakwah dan bersabar di atasnya.
Ingatlah, janganlah kita menganggap diri kita akan selamat dari dosa dan maksiat hanya karena baru mengenal dakwah ahlus sunnah. Allahsubhanahu wa ta’ala berfirman,
 فَلَا تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
 “Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui siapa orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32)
Muhammad bin Ya’qub Al-Fairuz Abadi  rahimahullah menukil penafsiran Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma tentang ayat ini:
 فَلَا تبرئوا أَنفسكُم من الذُّنُوب {هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقى} من الْمعْصِيَة وَأصْلح
“Jangan kalian membebaskan diri kalian dari dosa dan Dialah yang paling mengetahui siapa yang bertakwa/takut dari maksiat dan membuat perbaikan” [Tanwirul Miqbaas min tafsiri Ibni Abbaas 1/447, Darul Kutubil ‘Ilmiyah, Libanon, Asy-Syamilah]
Seharusnya jika kita menisbatkan pada dakwah salafiyah maka ingatlah pesan salaf [pendahulu] kita yaitu sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu,
لو تعلمون ذنوبي ما وطئ عقبي اثنان، ولحثيتم التراب على رأسي، ولوددت أن الله غفر لي ذنبا من ذنوبي، وأني دعيت عبد الله بن روثة. أخرجه الحاكم وغيره.
Kalau kalian mengetahui dosa-dosaku maka tidak akan ada dua orang yang berjalan di belakangku dan sungguh kalian akan melemparkan tanah di atas kepalaku, dan aku berangan-angan Allah mengampuni satu dosa dari dosa-dosaku dan aku dipanggil Abdullah bin Kotoran.”(HR.Hakim dalam Al-Mustadrok 3:357, no 5382, Ibnu Abi Syaibah  dalam Mushonnaf 7:103, no 34522dan Al-Baihaqi  dalam Syu’abul Iman 1: 504, no 848, shahih)
2.       Terlalu semangat menuntut ilmu agama sampai lupa kewajiban yang lain
Semua ikhwan-akhwat baru “ngaji” pasti semangat menuntut ilmu, karena banyak ilmu agama yang selama ini mereka yakini kurang tepat dan mereka dapatkan jawabannya dalam manhaj dakwah salafiyah yang ilmiyah. Akan tetapi ada yang terlalu semangat menuntut ilmu sampai lupa kewajibannya. Contoh kasus:
–  Ikhwan kuliah di kampus, ia diberi amanah oleh orang tuanya untuk belajar di kota A, menyelesaikan studinya, pulang membawa gelar dan membahagiakan keduanya. Kedua orang tua bersusah payah membiayainya. Akan tetapi ia sibuk belajar agama di sana – di sini dan lalai dari amanah orang tua yang WAJIB juga ditunaikan. Nilainya hancur dan terancam Drop Out. Tentu saja orang tuanya bertanya-tanya dan malah menyalahkan dakwah salafiyah yang ia anut. Ia pun tidak menjelaskan dengan baik-baik kepada kedua orang tuanya.
– Seorang suami yang sibuk menuntut ilmu agama dan menelantarkan istri dan anaknya. Melakukan safar tholabul ilmi ke berbagai daerah, langsung membeli kitab-kitab yang banyak dan mahal. Padahal ia agak kesusahan dalam ekonomi dan tidak memberikan pengertian kepada istri dan anak-anaknya.
Kita seharusnya memperhatikan firman Allah:
 وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-An’am: 141). Artinya, mempelajari ilmu juga harus bisa memperhatikan kewajiban lainnya, yaitu kewajiban bakti pada orang tua dan memberi nafkah pada keluarga. Dan jika kita perhatikan, orang-orang seperti ini hanya [maaf] “panas-panas tahi ayam”. Semangat hanya beberapa bulan saja setelah itu kendor bahkan futur [malas dan jenuh].
3.       Kaku dalam menerapkan ilmu agama padahal Islam adalah agama yang mudah
Allah Ta’ala mengkhendaki kemudahan bagi hamba-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
 يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”. (QS. Al-Baqarah: 185)
Sebagian ikhwan-akhwat yang baru “ngaji” mungkin dikarenakan masih sedikitnya ilmu terlalu kaku menerapkan ilmu agama sehingga sehingga nampaknya islam adalah agama yang sulit dan tidak fleksibel. Contoh kasus:
– Seorang akhwat ingin memakai cadar agar bisa menerapkan dan melestarikan sunnah agama islam. Akan tetapi semua keluarganya melarangnya bahkan keras karena nanti disangka teroris dan lingkungan akhwat tersebut sangat aneh dengan cadar. Ia sudah menjelaskan dengan baik-baik tetapi keluarganya yang sangat awam masih belum bisa menerima. Orang tuanya bahkan tidak ridha dan hubungan silaturahmi dengan keluarga menjadi terputus. Dalam kasus ini:
Apabila ia menyakini bahwa cadar hukumnya sunnah maka diterapkan kaidah:
 درء المفاسد مقدم على جلب المصالح
“Menolak mafsadat didahulukan daripada mendatangkan mashlahat”. Jika ia memakai cadar maka mendatangkan mashlahat yaitu melaksanakan sunnah, jika ia tidak pakai cadar maka menolak mafsadat yaitu tidak ridhanya ortu dan putus silaturhami. Maka dengan kaidah ini ia wajib menolak mafsadat dengan tidak memakai cadar. Selain itu hukum wajib didahulukan dari hukum sunnah.
–  Begitu juga dengan kasus seorang akhwat kuliah di luar kota, ia harus safar tanpa mahram dan tidak tahan kuliah ikhtilat [bercampur-baur laki-laki dan perempuan]maka ia memutuskan tidak melanjutkan kuliah. Sehingga diminta pulang oleh orang tuanya. Akan tetapi di tempatnya tidak ada kajian dan mejelis ilmu sehingga ia menjadi futur karena ia baru-baru “ngaji”. Sedangkan di kota tempat ia kuliah ada banyak majelis ilmu. Maka keputusan ia berhenti kuliah kurang tepat. Karena diterapkan kaidah:
إذا تعارض ضرران دفع أخفهما.
” Jika ada dua mudharat (bahaya) saling berhadapan maka di ambil yang paling ringan “
Dan banyak kasus yang lain. Intinya kita harus banyak-banyak berdiskusi dengan ustadz dan orang yang berilmu jika mendapatkan seuatu dalam agama yang berat dan sesak terasa jika kita jalankan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
 وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ
“Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.”(QS. Ali Imron: 159)
4.       Keras dan kaku dalam berdakwah
Mungkin ini disebabkan karena terlalu semangat ingin meyebarkan dakwah manhaj salafiyah. Akan tetapi karena sedikitnya ilmu tentang tata-cara berdakwah, dakwah terkesan kaku dan keras. Contoh kasus:
– Seorang pemuda yang baru mengenal dakwah, ketika pulang langsung menceramahi orang tuanya dan kakeknya. Dan berkata ,“ini haram”, itu bid’ah, ini syirik”. Tentunya saja kakeknya akan berkata, “Kamu anak ingusan kemaren sore, baru saya ganti popokmu, sudah berani ceramahi saya?”.
– Seorang ikhwan yang baru tahu hukum tahlilan setelah kematian adalah bid’ah. Kemudian ia datang kekumpulan orang yang melakukannya dalam suasana duka. Ia sampaikan ke majelis tersebut bahwa ini bid’ah.maka bisa jadi ia pulang tinggal nama saja.
–          Seorang akhwat yang ingin mendakwahkan temannya yang masih sangat awam atau baru masuk islam. Ia langsung mengambil tema tentang cadar, jenggot, isbal, bid’ah, hadist tentang perpecahan dan firqoh. Ia juga langsung membicarakan bahwa aliran ini sesat, tokoh ini sesat dan sebagainya. Seharusnya ia mengambil tema tauhid dan keindahan serta kemudahan dalam islam.
Seharusnya berdakwah dengan cara yang lembut serta penuh hikmah. Dan berdakwah ada tingkatan, cara dan metodenya. Berpegang pada prinsip yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan,
 يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
Mudahkan dan jangan mempersulit, berikan kabar gembira dan jangan membuat manusia lari” (HR. Bukhari, Kitabul ‘Ilmu no.69)
5.       Suka berdebat dan mau menang sendiri bahkan menggunakan kata-kata yang kasar
Karena terlalu semangat berdakwah akan tetapi tanpa disertai ilmu. Maka ada sebagian ikhwan-akhwat baru “ngaji” sering terjatuh dalam kebiasaan suka berdebat. Dan parahnya, ia baru hanya tahu hukumnya saja, tidak mengetahui dan menghafal dalil serta tidak tahu metode istidlal[mengambil dalil]. Jadi yang ada hanya berdebat saling “ngotot” tentang hukum sesuatu. apalagi mengeluarkan katakata yang kasar sampai mencaci-maki dan menyumpah-serapah.
Memang ada yang sudah hafal dalilnya dan mengetahui metode istidlal (cara pendalilan). Akan tetapi, ia tidak membaca situasi dakwah, siapa objek dakwah, waktu berdakwah ataupun posisi dia saat mendakwahkan.
Dan ada juga yang berdebat karena ingin menunjukkan bahwa ia ilmunya tinggi, banyak menghafal ayat dan hadist, mengetahui ushul fiqh dan kaidah-kaidahnya.
Memang saat itu kita menang dalam berdebat karena manhaj salafiyah ilmiyah. Akan tetapi tujuan berdakwah dan nasehat tidak sampai. Orang tersebut sudah dongkol atau sakit hati karena kita berdebat dengan cara yang kurang baik bahkan menggunakan kata-kata yang kasar. Hatinya tidak terima karena merasa sudah dipermalukan, akibatnya ia gengsi menerima dakwah. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
 الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ،
“Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat”. (HR. Muslim 55/95)
Yang dimaksud dengan nasehat adalah menghendaki kebaikan. Jadi bukan tujuannya menunjukan kehebatan berdalil dan menang dalam berdebat.
Mengenai suka berdebat, para nabi dan salafus shalih sudah memperingatkan kita tentang bahayanya. Nabi Sulaiman ‘alaihis salam berkata kepada anaknya,
يَا بُنَيَّ، إِيَّاكَ وَالْمِرَاءَ، فَإِنَّ نَفْعَهُ قَلِيلٌ، وَهُوَ يُهِيجُ الْعَدَاوَةَ بَيْنَ الْإِخْوَانِ “
 Wahai anakku, tinggalkanlah mira’ (jidal, mendebat karena ragu-ragu dan menentang) itu, karena manfaatnya sedikit. Dan ia membangkitkan permusuhan di antara orang-orang yang bersaudara.” (Syu’abul Iman: 8076 Al-Baihaqi, cetakan pertama, Darul Rusdi Riyadh, Asy-syamilah)
Mengenai berkata-kata kasar, maka ini tidak layak keluar dari lisan seseorang yang mengaku menisbatkan diri pada manhaj salaf. Renungkan firman Allah Ta’ala,
 اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى ْ فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (QS. At-Thoha: 43-44). Kepada orang selevel Fir’aun saja harus berdakwah dengan kata-kata yang lemah lembut, apalagi kita akan mendakwahkan saudara kita seiman? Maka gunakanlah kata-kata yang lembut dan bijaksana lagi penuh hikmah.
6.       Menganggap orang di luar dakwah ahlus sunnah sebagai saingan bahkan musuh
Ikhwan-akhwat baru “ngaji” yang sedang semangat-semangatnya berdakwah ada sebagian yang melihat orang diluar dakwah ahlus sunnah adalah saingan mereka. Padahal mereka adalah sasaran dakwah juga bukan saingan dakwah. Mereka adalah saudara seiman kita. Mereka berhak medapatkan hak-hak persaudaraan dalam islam. Seharusnya kita lebih mengasihi dan menyayangi mereka karena mereka punya semangat membela dan menyebarkan islam hanya saja mereka sudah terlanjur salah dalam memahami Islam. Mereka tidak seberuntung kita medapatkan anugrah dakwah ahlus sunnah. Contohnya:
–  Di kampus, ketika bertemu dengan teman-teman yang berdakwah tidak dengan dakwah ahlus sunnah, maka mukanya sangar, cemberut, tidak mau menyapa dan tidak membalas salam. Tidak mau duduk bermejelis dengan mereka dan merasakan suasana kekeluargaan islami. Dan parahnya, malah dengan orang kafir mereka lebih akrab dan hangat. Ketahuilah mereka saudara-sudara seiman kita yang lebih patut mendapat perhatian dan dakwah dari kita. Tidak heran jika saudara-saudara kita mengatakan, “Kok kita sesama orang islam saling gontok-gontokan, tapi berbaikan dengan orang kafir”
Allah Ta’ala berfirman:
 إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
-  Di kampung, ada ustadz /kiayi haji/ tuan guru/ tokoh masyarahat yang berdakwah tidak dengan dakwah ahlus sunnah. Maka ada sebagian ikhwan-akhwat yang seolah-olah meremehkan mereka, menganggap mereka aliran sesat, ilmunya salah dan ngawur, Tidak menghormati mereka. Padahal belum tentu kita lebih baik dari mereka. Bisa jadi mereka amalnya sedikit yang benar tapi sangat ikhlas, mengalahkan amal kita yang –sekiranya benar insya Allah- tapi tidak ikhlas dan dipenuhi dengan riya’ dan dengan rasa sombong mampu beramal. Seharusnya kita memposisikan mereka sesuai dengan posisi mereka, menghormati mereka dan memilih kata-kata dakwah yang baik dan tidak terkesan menggurui. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda memerintahkan agar kita memposisikan manusia sesuai dengan kedudukuannya masing-masing. Salah satu penerapan beliau adalah surat beliau kepada raja Romawi Heraklius:
باسم الله الرحمان الرحيم
من محمد رسول الله إلى عظيم الروم

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dari Muhammad utusan Allah kepada pembesar/ tokoh besar Romawi
Kemudian jika mereka tidak menerima dakwah kita maka ada sebagian ikhwan-akhwat yang langsung mengangapnya sebagai musuh. Mereka akan merusak agama islam, mencap sebagai ahli bid’ah dan syirik dan tahu kaidah pembid’ahan dan pengkafiran. Padahal mereka tetap saudara kita dan masih berhak mendapatkan hak-hak persaudaraan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 لا تحاسدوا ولا تَناجَشُوا ولا تباغضوا ولا تدابروا ولا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ,وكونوا عباد الله إخواناً. اَلْمُسْلِمُ أَخُو المسلمِ: لا يَظْلِمُهُ ولا يَخْذُلُهُ ولا يَكْذِبُهُ ولا يَحْقِرُهُ
 “Jangan kalian saling hasad, jangan saling melakukan najasy, jangan kalian saling membenci, jangan kalian saling membelakangi, jangan sebagian kalian membeli barang yang telah dibeli orang lain, dan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim bagi lainnya, karenanya jangan dia menzhaliminya, jangan menghinanya, jangan berdusta kepadanya, dan jangan merendahkannya.(HR. Muslim no. 2564)
Jika mereka tidak menerima, maka tugas kita hanya menyampaikan saja. Mereka terima Alhamdulillah , jika tidak diterima jangan dipaksa dan dimusuhi. Karena kita hanya memberikan hidayah ‘ilmu wal bayan berupa penjelasan, sedangkan hidayah taufiq hanya ditangan Allah. Seharusnya kita mendoakan mereka semoga mandapatkan hidayah, bukan dimusuhi.
Lihatlah tauladan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala pergi ke Thaif untuk berdakwah sekaligus meminta perlindungan kepada mereka dari tekanan kafir Quraisy setelah meninggalnya paman beliau Abu Thalib.  Akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diusir dengan lemparan batu, caci-maki dan ejekan. Tubuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia sampai berdarah-darah. Perasaan beliau makin sedih karena saat itu tahun-tahun ditinggal juga oleh istrinya Khadijah radhiallahu ‘anha, pendukung dakwah beliau. Kemudian datanglah malaikat Jibril ‘alaihissalam memberi tahu bahwa malaikat penjaga bukit siap diperintah jika beliau ingin menimpakan bukit tersebut kepada orang-orang Thaif. Malaikat tersebut berkata,
 يَا مُحَمَّدُ، فَقَالَ، ذَلِكَ فِيمَا شِئْتَ، إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمُ الأَخْشَبَيْن
 “Wahai muhammad, terserah kepada engkau, jika engkau mnghendaki aku menghimpitkan kedua bukit itu kepada mereka”
Tapi apa yang keluar dari lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Doa kepada penduduk Thoif. Beliau berdoa,
 بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ، لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
 “Bahkan aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah semata, tidak disekutukanNya dengan apa pun” [kisah yang panjang bisa dilihat di shahih Bukhari no. 3231]
Subhanallah, kita sangat jauh dari cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah. Dan terbukti doa beliau mustajab. Penduduk Thoif tidak lama menjadi salah satu pembela islam dan mengikuti peperangan jihad membela islam.
Mengenai berwajah sangar, seram dan cemberut terus seolah-olah prajurit perang yang marah. Mungkin ini salah persepsi sebagian ikhwan-akhwat karena mereka sering dan terlalu banyak melihat syirik, bid’ah dan maksiat dimana-mana. Seolah-olah menunjukan mereka ingin mengingkari semuanya. Tetapi Islam tidak mengajarkan demikian, seorang muslim berprinsip “Berwajah ceria bersama manusia dan berlinang air mata akan dosanya saat sendiri bermunajat kepada rabb-nya”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah engkau remehkan suatu kebajikan sedikitpun, walaupun engkau bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang ceria/bermanis muka”. (HR. Muslim no. 2626)
7.       Berlebihan membicarakan kelompok tertentu dan ustadz/tokoh agama tertentu
Ada sebagian ikhwan-akhwat yang terlalu tenggelam dan sibuk membicarakan masalah perpecahan dan firqoh. Memang kita harus mempelajarinya agar tahu mana yang selamat, akan tetapi kita jangan terlalu menyibukkan diri membicarakan kelompok-kelompok tersebut. Tema yang terlalu sering diangkat dalam kumpul-kumpul, majelis dan pengajian adalah sesatnya kelompok ini, jangan ikut kajian dengan kelompok itu, menerapkan hajr/memboikot di sana-sini tanpa tahu kaidah meng-hajr. Akhirnya sibuk dan lalai mempelajari tauhid, aqidah, akhlak, fiqh keseharian dan bahasa arab.
Seharusnya ada prioritas dalam belajar. Hendaknya kita lebih memprioritaskan pembicaraan tentang tauhid dan akidah. Itulah seruan pertama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ingin berdakwah. Beliau bersabda kepada Muadz yang diutus ke Yaman,
 إنك تأتي قوما من أهل الكتاب، فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله ” – وفي رواية: إلى أن يوحدوا الله
 “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum Ahli kitab maka hendaklah dakwah yang pertama kali engkau sampaikan kepada mereka adalah syahadat Laa ila Illallah , dalam riwayat yang lain: supaya mereka mentauhidkan Allah”. (Muttafaqun ‘alaih)
Selain membicarakan kelompok, sebagian ikhwan-akhwat juga sibuk membicarakan kesalahan dan kejelekan ustadz/tokoh tertentu. Mencap sebagai ahli bid’ah tanpa tahu kaidah pembid’ahan atau mencap kafir tanpa tahu kaidah pengkafiran. Tidak mau ikut pengajian ustadz fulan. Bahkan sampai tingkat ulama. Syaikh fulan terjatuh dalam aqidah Murji’ah, syaikh fulan ikut merestui kelompok sesat, syaikh fulan sudah ditahzir/diperingati oleh syaikh fulan. Parahnya, info yang sampai ke dia hanya qiila wa qoola, berita-berita yang tidak jelas dan belum tahu apakah sudah tabayyun/klarifikasi atau belum. Akhirnya sibuk mencari-cari aib orang lain. Membicarakan kesalahan orang lain.
Seharusnya kita lebih banyak mencari kesalahan kita, merenungi dosa-dosa kita yang banyak. Seharunya kita ingat perkataan Abu Hurairahradhiyallahu ‘anhu:
يبصر أحدكم القذاة في أعين أخيه، وينسى الجذل- أو الجذع – في عين نفسه
Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 592. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih)
Ustadz/ tokoh tersebut jika memang ia salah, belum tentu kita lebih baik dari mereka. Bisa jadi amal mereka sedikit yang benar tapi sangat ikhlas. Sedangkan kita, seandainya banyak amal kita yang sesuai sunnah tapi tidak ikhlas, dipenuhi riya’ dan rasa sombong mampu beramal banyak. Ajaran islam mengajarkan agar kita tawaddhu’, rendah hati dan mengaggap orang lain lebih baik dari kita.
‘Abdullah Al Muzani rahimahullah berkata,
إن عرض لك إبليس بأن لك فضلاً على أحد من أهل الإسلام فانظر، فإن كان أكبر منك فقل قد سبقني هذا بالإيمان والعمل الصالح فهو خير مني، وإن كان أصغر منك فقل قد سبقت هذا بالمعاصي والذنوب واستوجبت العقوبة فهو خير مني، فإنك لا ترى أحداً من أهل الإسلام إلا أكبر منك أو أصغر منك.
“Jika iblis memberikan was-was kepadamu bahwa engkau lebih mulia dari muslim lainnya, maka perhatikanlah. Jika ada orang lain yang lebih tua darimu, maka seharusnya engkau katakan, “Orang tersebut telah lebih dahulu beriman dan beramal sholih dariku, maka ia lebih baik dariku.” Jika ada orang lainnya yang lebih muda darimu, maka seharusnya engkau katakan, “Aku telah lebih dulu bermaksiat dan berlumuran dosa serta lebih pantas mendapatkan siksa dibanding dirinya, maka ia sebenarnya lebih baik dariku.” Demikianlah sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat yang lebih tua atau yang lebih muda darimu.” (Hilyatul Awliya’ 2/226, Abu Nu’aim Al Ashbahani, Asy-Syamilah)
8.       Tidak serius belajar bahasa arab
Mungkin ikhwan-akhwat yang baru “ngaji” sekalipun sudah tahu bahwa hukum mempelajari bahasa Arab, yaitu fardhu. Ada juga yang merinci fardhu ‘ain bagi mereka yang mampu belajar dan bagi orang-orang yang akan banyak berbicara agama seperti calon ustadz dan aktifis dakwah. Kemudian fardhu kifayah bagi mereka yang tidak mampu otaknya seperti orang yang sangat tua. Fadhu ‘ain juga pada ilmu yang mencukupkan ia paham agamanya dan fadhu kifayah pada ilmu tambahan seperti ilmu syair. Sebagaimana perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah:
“Di sana ada bagian dari bahasa Arab yang wajib ‘ain dan ada yang wajib kifayah. Dan hal ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari ‘Isa bin Yunus dari Tsaur, dari Umar bin Yazid, beliau berkata: Umar bin Khottob menulis kepada Abu Musa Al-Asy’ari (yang isinya), “Pelajarilah As-Sunnah, pelajarilah bahasa Arab dan I’roblah Al-Qur’an karena Al-Qur’an itu berbahasa Arab.” (Iqtidho’Shirotal Mustaqim hal 527 jilid I, tahqiq syaikh Nashir Abdul karim Al–‘Aql, Wizarot Asy Syu-un Al Islamiyah wal Awqof)
Bahasa Arab sangat penting, karena sarana memahami islam. Sehingga kita bisa mudah menghapal Al-Quran dan hadist, mudah tersentuh dengan Al-Quran, memahami buku-buku ulama. Hanya orang yang menguasai bahasa arab yang bisa merasakan manisnya menuntut ilmu.
Tetapi ada sebagian ikhwan-akhwat yang lalai belajar bahasa Arab, tidak serius dan ada juga yang menyerah belajar bahasa arab. Hal ini membuat mereka kurang kokoh dalam  beragama. Dan setelah diperhatikan, Ikhwan-akhwat yang kemudian kendor menunut ilmu dan hilang semangat belajar agama bahkan futur adalah mereka yang tidak serius belajar bahasa arab.
Prosesnya mungkin seperti ini: pertama mereka semangat ikut kajian di sana-sini, kemudian mulai bosan dengan kajian yang temanya itu-itu saja. Dan berpikir materi seperti ini bisa dibaca di rumah dan di internet. Akhirnya hilang dari pengajian dan kumpulan orang-orang shalih. Kemudian dengan membacapun agak bosan [inipun kalau ia rajin membaca], Karena buku-buku terjemahan dan artikel materinya sangat terbatas. Akhirnya ia malah disibukkan dengan hal-hal yang kurang bermanfaat seperti facebook dan internet berjam-jam, ngobrol-ngobrol tentang akhwat padahal belum mau nikah dan lain-lain. Bahkan terjerumus dalam hal-hal yang haram. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata:
وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ
“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil” (Al Jawabul Kaafi hal 156, Darul Ma’rifah, cetakan pertama, Asy-Syamilah).
Berbeda dengan mereka yang mengusai bahasa arab. Mereka semakin tertantang untuk belajar banyak ilmu dan tingkatan ilmu yang lebih tinggi seperti ilmu mustholah hadist, kaidah fiqh, ushul fiqh, mendengarkan muhadharah/ceramah syaikh dan menelaah kitab-kitab ulama yang tebal dan berjilid-jilid. Sehingga mereka selalu disibukkan dengan ilmu, amal dan dakwah. Finally, mereka pun bisa merasakan kebahagian dan manisnya ilmu syar’i.
9.       Tidak segera mencari lingkungan dan teman yang baik
Lingkungan dan teman sangat penting, karena sangat berpengaruh dengan diri kita. Ikhwan-akhwat yang baru “ngaji” biasanya masih mudah goyang dan tidak stabil, karena diperlukan teman-teman yang shalih dan baik. Bisa dilakukan dengan tinggal di wisma atau kost-kostan khusus ikhwan dan khusus akhwat. Atau jika memungkinkan pindah kelingkungan sekitar pondok atau perumahan yang banyak ikhwannya. Atau jika tidak bisa, sering-sering silaturahmi ke ikhwan-akhwat yang shalih dan shalihah serta berkumpul bersama mereka. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119)
Jika tidak, maka sudah sering terdengar cerita banyak ikhwan-akhwat yang dulunya semangat “ngaji” sekarang sudah futur dan hilang dari peredaran dakwah. lingkungan dan teman yang baik memang dibutuhkan bagi semua orang.
Mengenai teman yang baik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101)
Perlu diperhatikan bahwa hati manusia lemah, apalagi jika sendiri. Perlu dukungan, saling menasehati antarsesama. Selevel Nabi Musa ‘alaihissalam saja memohon kepada Allah agar punya teman seperjuangan yang bisa membantunya dan membenarkan perkataannya, yaitu Nabi Harun alaihissalam . Beliau berkata dalam Al-Quran,
 وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَاناً فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءاً يُصَدِّقُنِي إِنِّي أَخَافُ أَن يُكَذِّبُونِ
“Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku , maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku”.(QS. Al-Qashash: 34)
 10.   Hilang dari pengajian dan kumpulan orang-orang shalih serta tengelam dengan kesibukan dunia
Penyebab terbesar futur adalah point ini. Majelis ilmu adalah tempat mere-charge keimanan kita, setelah terkikis dengan banyaknya fitnah dunia yang kita hadapi.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu rumah Allah, mereka membacakan kitabullah dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka, para malaikat mengelilingi mereka dan Allah memuji mereka di hadapan makhluk yang ada didekatnya”. (HR. Muslim nomor 6793)
Dan orang-orang shalih adalah pendukung dan penguat iman kita dengan saling menasehati. Di mana dengan berteman dengan mereka, maka kita akan sering mengingat akherat dan menjadi tegar kembali dalam beragama. sebagaimana Ibnul Qoyyim rahimahullahu berkata,
 وكنا إذا اشتد بنا الخوف وساءت منا الظنون وضاقت بنا الأرض أتيناه، فما هو إلا أن نراه ونسمع كلامه فيذهب ذلك كله وينقلب انشراحاً وقوة ويقيناً وطمأنينة
 “Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan takut yang berlebihan, atau timbul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk, atau (ketika kami merasakan) kesempitan hidup, kami  mendatangi beliau, maka dengan hanya memandang beliau dan mendengarkan ucapan beliau, maka hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang. (Al Waabilush Shayyib hal 48, cetakan ketiga, Darul Hadist, Asy-Syamilah)
Tidak sedikit kita mendengar berita:
– Ikhwan yang dulunya semangat mengaji dan menjadi panitia-panitia kajian, kemudian bekerja di perusahaan kota A dengan gaji yang menggiurkan sekarang sudah potong jenggot,  isbal, berpacaran dan seolah-olah menjauh dari ikhwan-ikhwan jika di sms atau ditelpon.
– Akhwat yang dulunya semangat menuntut ilmu, memakai jilbab lebar, memakai cadar bahkan purdah, kemudian melanjutkan studi S2 atau S3 dikota B atau di luar negeri, kemudian terdengar kabar bahwa ia sudah memakai jilbab ala kadar yang kecil “atas mekkah bawah amerikah”.
Terkadang kita tidak percaya dengan berita-berita seperti ini. Bagaimana mungkin dulu ia adalah guru bahasa arab, imam masjid dan jadi rujukan pertanyaan, sekarang menjadi seperti itu. semua ini bisa jadi karena tenggelam dengan kesibukan dunia dan terkikis fitnah secara perlahan-lahan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memisalkannya seperti tikar, beliau bersabda,
 تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا
 “Fitnah-fitnah akan mendatangi hati bagaikan anyaman tikar yang tersusun seutas demi seutas”. (HR.Muslim no 144)
Demikian yang dapat kami jabarkan. Dan dampak dari beberapa kesalahan tersebut adalah:
  1. Merasakan kesempitan hidup setelah mengenal dakwah ahlus sunnah
  2. Dakwah tidak diterima oleh orang lain
  3. Merusak nama dakwah salafiyah ahlus sunnah dan memberi kesan negatif
  4. Memecah belah persatuan umat Islam
Kemudian marilah kita banyak-banyak berdoa agar diberi istiqomah beragama yang merupakan anugrah terbesar.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
 “Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik” artinya: ‘Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu’ (HR. Tirmidzi no 2066. Ia berkata: “Hadits Hasan”, dishahihkan oleh Adz-Dahabi)
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
6 Syawwal 1432 H, bertepatan 5 September 2011

Penyusun:  Raehanul Bahraen
Editor: Muhammad Abduh Tuasikal
Semoga Allah meluruskan niat kami dalam menulis.
Artikel www.muslim.or.id